SKOR.id – Sembilan dari sepuluh orang di Spanyol menderita beberapa jenis sakit kepala, menurut data Masyarakat Syaraf Spanyol (Spanish Society of Neurology/SEN).&nbsp;Ada banyak penyebab yang bisa memicu migrain, namun beberapa sakit kepala bisa disebabkan oleh faktor gaya hidup.Minuman beralkohol, terutama anggur merah, postur tubuh yang buruk, stres, melewatkan waktu makan, gangguan tidur, dan makanan tertentu, seperti daging olahan yang mengandung nitrat dan karbohidrat sederhana, dapat menyebabkan sakit kepala.&nbsp;Dalam hal ini, beberapa orang menderita sakit kepala setelah mengonsumsi makanan kaya gula atau karbohidrat sederhana atau olahan, seperti sepotong kue cokelat. Apa hubungannya?Mengapa Makan Gula Menyebabkan Sakit KepalaApakah jika Anda memakan sesuatu yang manis dan langsung sakit kepala? Jangan khawatir, sakit kepala jenis ini lebih sering terjadi daripada yang Anda kira dan ada alasannya.&nbsp;Penyebabnya adalah tingginya kandungan gula atau karbohidrat olahan yang mungkin dimiliki oleh sepotong kue cokelat, misalnya.&nbsp;Banyak orang beranggapan bahwa makan gula menyebabkan sakit kepala, padahal tidak demikian. Ternyata, makanan yang mengandung gula dan karbohidrat olahan tidak menyebabkan migrain, namun justru sebaliknya.Meskipun terkesan aneh, sakit kepala membuat Anda ingin makan sesuatu yang manis. Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Saat Anda merasakan keinginan akan makanan manis, Anda belum merasakan rasa tidak nyaman di kepala Anda, tetapi rasa tidak nyaman itu sudah ada.&nbsp;Masalahnya adalah sakit kepala memiliki beberapa tahap dan Anda hanya melihat gejala yang mengganggu ketika migrain mengaktifkan hipotalamus : wilayah otak yang berperan dalam pengendalian asupan makanan; itu termasuk pusat kelaparan dan rasa kenyang.Singkatnya, keinginan untuk sesuatu yang manis atau asin berasal dari hipotalamus, tempat asal sakit kepala, dan terkadang keinginan untuk makan sesuatu yang enak diaktifkan tepat sebelum migrain.Apakah Lonjakan Gula Darah juga Menyebabkan Sakit Kepala?&nbsp;Terlalu banyak gula dan sakit kepala berjalan seiring. Mengonsumsi terlalu banyak gula, yang merupakan karbohidrat sederhana, menyebabkan lonjakan glukosa darah, mengakibatkan kadar gula darah melonjak dan turun sehingga memicu sakit kepala.&nbsp;Untuk menjelaskannya dengan lebih baik, makan gula tiba-tiba meningkatkan kadar glukosa dalam darah, tetapi jika hormon insulin tidak bekerja dengan baik di dalam tubuh, proses yang tepat untuk menggunakan glukosa dan mengubahnya menjadi energi tidak dapat dilakukan.&nbsp;Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk pusing dan sakit kepala.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/lYUX4-tiY3c?si=UlE3SC05xM9M18RV" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Gaya hidup, termasuk pola makan tinggi gula, bisa menyebabkan sakit kepala. Para ahli menjelaskan mengapa hal itu terjadi.

Culture

Hubungan Makan Gula dan Sakit Kepala

SKOR.id – Stres diartikan sebagai keadaan ketegangan mental yang berkembang pada semua orang, baik kecil maupun besar, karena merupakan respons alami terhadap rangsangan, baik positif maupun negatif.&nbsp;Akibatnya, stres dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Di antaranya terbukti dapat memengaruhi kadar glukosa (gula) darah. &nbsp;Dalam jangka panjang, stres dikaitkan dengan risiko terkena diabetes tipe 2, atau menimbulkan gangguan kesehatan pada penderita diabetes sehingga lebih sulit mengendalikan kenaikan gula darah. Ujungnya, dosis obat harus ditingkatkan untuk penyembuhan.Bagaimana Stres Memengaruhi Glukosa DarahSaat seseorang stres, tubuh “melindungi” dirinya sendiri dan berusaha menyediakan energi (glukosa) yang cukup. Nah, yang terjadi di dalam tubuh adalah kelainan yang benar-benar terjadi pada tingkat hormonal:<ul><li>Kadar insulin turun.</li><li>Nilai hormon glukagon dan adrenalin (juga dikenal sebagai epinefrin) meningkat.</li><li>Mereka meningkatkan kadar hormon pertumbuhan dan kortisol, membuat jaringan tubuh lebih rentan terhadap efek insulin.</li></ul>Akibatnya, hormon glukagon, yang disintesis oleh pankreas dan bertanggung jawab untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh, kehilangan kendali dan lebih banyak glukosa dilepaskan ke aliran darah dari hati.Adrenalin menyebabkan jantung berdetak lebih kuat, meningkatkan tekanan darah dan memberikan lebih banyak energi.&nbsp;Kortisol adalah hormon stres utama, dan tidak hanya berkontribusi pada penggunaan glukosa yang tepat di otak - ingat bahwa gula adalah mesin energi yang dibutuhkan organ dan sel untuk berfungsi - tetapi juga jumlah zat tubuh yang memperbaiki jaringan.Namun di sisi lain, kortisol merupakan zat yang bertanggung jawab meningkatkan glukosa darah. Ini bukan pertanda baik karena setiap kali seseorang stres terhadap sesuatu, baik positif maupun negatif, ia tidak dapat mencegahnya memengaruhi kadar glukosa darah.&nbsp;Singkatnya, stres bisa mempermainkan Anda dan bahkan hingga memengaruhi nilai gula darah.Bisakah Stres Kronis Menyebabkan Diabetes Tipe 2?Dalam jangka panjang, aktifnya sistem respons stres alami dan paparan kortisol dan hormon lain yang berlebihan, seperti adrenalin, dapat memengaruhi tubuh Anda dan meningkatkan risiko timbulnya banyak masalah kesehatan, termasuk kondisi berikut:<ul><li>Diabetes tipe 2.</li><li>Tekanan darah tinggi.</li><li>Pertambahan berat badan.</li><li>Penyakit jantung.</li><li>Sakit kepala.</li><li>Masalah pencernaan.</li><li>Depresi.</li><li>Rasa cemas.</li></ul>Secara khusus, penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres kronis dapat mendukung perkembangan diabetes tipe 2 pada orang yang cenderung terkena penyakit ini, bergantung pada faktor-faktor:<ul><li>Kerentanan sebelumnya.</li><li>Kapasitas perlindungan individu.</li><li>Sumber daya adaptasi.</li><li>Harga diri dan dukungan sosial.</li></ul>Dalam kasus penderita diabetes, paparan terhadap momen-momen stres yang terus-menerus akan meningkatkan kadar glukosa dan tugas menormalkan kenaikan gula darah bisa menjadi rumit.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/3d5dNBJ2KgE?si=lLFimUb-K2a4L6D4" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;

Stres tak hanya mengubah kadar glukosa, tetapi juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2. 

Bagaimana Stres Pengaruhi Glukosa Darah dengan 3 Konsekuensi Serius yang Harus Diperhatikan  

SKOR.id – Glukosa merupakan gula yang terdapat dalam darah dan menjadi sumber energi utama tubuh yang berasal dari makanan yang dikonsumsi pada siang hari. Artinya, tubuh memecah sebagian besar makanan menjadi glukosa dan melepaskannya ke aliran darah.&nbsp;Ketika gula darah naik, pankreas melepaskan insulin, hormon yang membantu mengontrol kenaikan dan menyebabkan glukosa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.&nbsp;Diabetes merupakan penyakit kronis yang muncul ketika seseorang memiliki kadar glukosa darah tinggi dan menyebabkan gangguan kesehatan serius yang berdampak pada jantung dan ginjal.&nbsp;Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa Spanyol adalah negara Eropa kedua yang memiliki tingkat kondisi ini tertinggi kedua, dengan 1 dari 7 orang dewasa mengidapnya.Media Spanyol mundodeportivo.com coba memberi tahu tentang pentingnya tes darah untuk mendeteksi apakah Anda menderita pradiabetes atau tidak. Cari tahu juga apa yang terjadi jika Anda memiliki lebih dari 110 miligram per desiliter (mg/dL) gula dan berapa nilai normalnya.&nbsp;Kadar Gula Darah yang Normal&nbsp;Untuk menentukan apakah Anda menderita diabetes atau termasuk orang pradiabetes, sebaiknya lakukan tes darah setelah delapan jam berpuasa untuk menghilangkan keraguan dan mengendalikan masalah ini.&nbsp;Jika hasilnya menunjukkan 99 mg/dL atau kurang dari angka tersebut, maka itu adalah nilai glukosa darah normal, sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran apa pun. Namun, masyarakat tersebut harus tetap menjaga kesehatan dan menjaga pola hidup sehat untuk mencegah diabetes.&nbsp;Selain itu, penting untuk digarisbawahi bahwa orang-orang yang berusia di bawah 35 tahun dan memiliki faktor risiko diabetes, seperti misalnya obesitas atau riwayat keluarga, harus menjalani tes untuk mengetahui apakah mereka mengidap penyakit tersebut atau sedang dalam kondisi yang tidak sehat atau tahap pradiabetes, yang jadi peringatan jelas dari tubuh untuk mulai menjaga dirinya sendiri.&nbsp;Jika tidak ada faktor risiko, American Diabetes Association merekomendasikan pengujian dimulai pada usia 45 tahun.Apa yang Terjadi jika Seseorang Memiliki Kadar Gula 110 Lebih?Jika nilai gula darah puasa berkisar antara 110 hingga 125 mg/dL, hal tersebut mengindikasikan pradiabetes. Sedangkan jika hasilnya menunjukkan 126 mg/dL atau lebih dalam dua tes berbeda, hal tersebut mengonfirmasi diabetes.&nbsp;Pradiabetes biasanya tidak menunjukkan gejala pada kebanyakan orang, meskipun beberapa orang mungkin merasakan warna kulit yang lebih gelap di ketiak atau leher. Oleh karena itu, penting untuk pergi ke pusat kesehatan dan menjalani analisis, yang biasanya cepat dan sederhana.&nbsp;Ketika seseorang mengalami pradiabetes, sebaiknya cegah diabetes tipe 2 dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, termasuk makanan bergizi, menurunkan berat badan berlebih, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan lebih sering melakukan tes darah untuk mengontrol gejalanya, kadar glukosa.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/HWm84DQ7sqI?si=DQSW0TiJZDC9wzL4" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Latest Articles - glukosa darah

Hubungan Makan Gula dan Sakit Kepala

Bagaimana Stres Pengaruhi Glukosa Darah dengan 3 Konsekuensi Serius yang Harus Diperhatikan

Diabetes, Ini yang Harus Dilakukan jika Kadar Gula 110 Mg/dL Lebih